BREAKING

Tentang Abi Hilya

Lahir dengan nama lengkap SYAHRUL ANAM (tertulis di Ijazah Sahrul Anam). Saya lahir di Surabaya pada tanggal 04 Nopember 1987 (lagi-lagi di ijazah salah tulis yaitu Sampang Madura) Saya lahir dari pasangan Mujaddi dan Amina. Kedua orang tua saya adalah asli keturunan Madura, namun menetap di Kota Suabaya untuk mengadu nasib pun sampai sekarang.

Seperti cerita orang tua kepada saya, sekitar saya umur tiga bulan, Ibu saya diminta oleh nenek untuk hijrah menetap di kampung kelahirannya persisnya di Ds. Sogian Kec. Omben Kab. Sampang Madura. Hal itu dilatarbelakangi pergaulan kakak sulung saya yang saat itu sudah tidak kondusif. Konon katanya sering ikut tawauran dan lain sebagainya. Maka demi menyelamatkan pendidikan anak-anaknya akhirnya, beliau pun mau berdomisili di tempat kelahiranya tanpa harus ditemani bapak yang masih menetap di Surabaya untuk mencari nafkah. Sejak itulah saya hidup dididik dengan budaya dan kultur ala mayarakat Madura pada umumnya.

Sejak kecil saya sudah didik ilmu agama, Saya diantar untuk belajar membaca Al-Qur’an ke Kiai Hatam yang rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal saya waktu itu. Dari sanalah beliau mengajar tiap habis shalat maghrib bersama Almarhumah Ibu Patna istri beliau, mengenalkan huruf-huruf hijaiyah kepada para murid-muridnya. Meski dengan cara tradisional beliau mengajar, namun ternyata outputnya tidak diragukan dalam membaca Al-Qur’an. Jujur meski pada saat itu beliau tidak mengajarkan Ilmu tajwid namun bacaan murid-muridnya sudah sesuai dengan aturan ilmu tajwid. Begitulah kehebatan guru-guru ngaji terdahulu yang kebanyakan lebih mengandalkan praktik daripda metode dan tentunya ikhlasnya tidak lagi diragukan.

Disamping itu, sejak umur lima tahun saya telah belajar di Madrasah Diniyah di Bustanul Mubtadi’in yang terletak di Desa Napo Laok Kec. Omben Sampang yang waktu itu diasuh oleh Almarhum RKH. Ahmad Baihaqi. Dimulai dari kelas Sifir Awal (Nol Kecil) sampai Tsnawiyah saya belajar ilmu agama di tempat tersebut, sampai akhirnya saya harus pamit meninggalkan Busatanul Mubtadi’in karena ingin meneruskan perjalanan saya menuntut ilmu ke Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata di Pamekasan.
Adapun pendidikan formal, saya mulai dari SDN Napo Laok dan lulus pada tahun 2000 kemudian melanjutkan di MTsS Nurul Iman Sogian yang berada di Pondok Pesantren Nurul Iman yang saat itu di asuh oleh KH. Ahmad Yahya Syamsul Arifin.

Dengan sedikit modal ilmu keagamaan yang saya pelajari di rumah, akhirnya saya pun melanjutkan ke Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata. Disitulah saya mulai fokus belajar agama, mengkaji kitab kuning bersama para ribuan santri yang diasuh oleh RKH. Abdul Hamid AMZ. Dari Pondok itulah saya belajar selama kurang lebih Sembilan tahun lamanya. Belajar tentang hidup, belajar tentang sabar, dan belajar tentang arti perjuangan dan jati diri sampai akhirnya saya sadar siapa saya, untuk apa saya, dan mau kemana saya.  

Setelah lulus dari Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata. tepat pada tahu 20013 saya  harus berangkat ke Pulau seberang lebih tepatanya di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur atas titah Gus Thohir Zain putra dari RKH. Abdul Hamid AMZ untuk mengamalkan ilmu saya di sana. 

14 Januari 2016 saya menikah dengan Miatul Jannah yang kebetulan sama-sama satu Pondok. Pada tahun itu pula tepat 31 Oktober 2016 Allah menganugerahkan buah hati untuk keluarga kami, anak pertama yang kami beri nama Hilyatul Aulia. Sejak itulah Ana Waladun Sholih (sebagai nama pena) saya ganti dengan Abi Hilya


4 komentar:

  1. Subhanallah... Masya Allah., semoga istiqomah dalam pengabdian dan pengamalannya Pak Kiyai, dan semoga juga Pak Kiyai diberikan Allah SWT., kesehatan, keselamatan, keberkahan dan panjang umur. Aamiin

    BalasHapus

 
Copyright © 2016 Abi Hilya